Bawaslu Kota Pekanbaru Ungkap Sejarah dan Perkembangan Pemilu Indonesia: Dari Era Orde Lama hingga Reformasi
|
Pekanbaru – Bawaslu Kota Pekanbaru mengajak masyarakat untuk memahami sejarah dan perkembangan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia sebagai upaya memperkuat kesadaran demokrasi. Pemilu, sebagai pesta demokrasi terbesar bangsa, telah melalui dinamika panjang sejak masa kemerdekaan hingga era Reformasi saat ini, dengan evolusi sistem yang semakin matang, terbuka, dan partisipatif.
Bawaslu Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa Pemilu pertama di Indonesia diselenggarakan pada 1955, yang dikenal sebagai salah satu Pemilu paling demokratis. Saat itu, Pemilu bertujuan memilih anggota DPR dan Konstituante (badan perumus konstitusi), dengan puluhan partai politik bersaing secara sehat, mencerminkan semangat demokrasi pasca-kemerdekaan.
Pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, Pemilu dilaksanakan secara rutin setiap lima tahun mulai 1971. Namun, pelaksanaannya diwarnai dominasi satu kekuatan politik, yaitu Golkar, dengan hanya tiga kontestan yang diizinkan: Golkar, PPP, dan PDI. Pemilu era ini sering disebut sebagai "Pesta Demokrasi", meskipun hasilnya cenderung dapat diprediksi.
Runtuhnya Orde Baru pada 1998 menjadi titik balik krusial. Era Reformasi membawa angin segar bagi demokrasi Indonesia. Pemilu 1999 menjadi Pemilu pertama pasca-Reformasi yang dinilai sangat demokratis, diikuti oleh banyak partai politik. Selanjutnya, Pemilu 2004 menandai tonggak sejarah karena merupakan kali pertama rakyat Indonesia memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Hingga kini, sistem Pemilu terus disempurnakan dengan adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung, pemanfaatan teknologi, dan peningkatan peran lembaga pengawas seperti Bawaslu.
Anggota Bawaslu Kota Pekanbaru, Raja Inal Dalimunthe, memberikan pandangan mendalam mengenai perjalanan ini.
“Pemilu 1955 menjadi tonggak awal demokrasi kita, sementara reformasi 1998 membuka jalan bagi pemilu yang lebih terbuka dan partisipatif. Kini, dengan pemilu serentak seperti pada 2019 dan 2024, tantangannya jauh lebih besar, baik dari segi teknis maupun pengawasan,” ujar Raja Inal Dalimunthe.
Ia menambahkan bahwa sejarah Pemilu mencerminkan perjuangan bangsa dalam berdemokrasi, dari masa demokratis 1955, melalui kontrol ketat di Orde Baru, hingga kebebasan dan transparansi di era Reformasi. Perkembangan ini diiringi penguatan lembaga seperti Bawaslu untuk memastikan integritas proses.
Bawaslu Kota Pekanbaru berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat agar menjadi pemilih yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab. Dengan memahami sejarah ini, diharapkan Pemilu mendatang dapat berjalan lebih baik, mencerminkan kedaulatan rakyat yang sesungguhnya. Masyarakat diimbau untuk aktif berpartisipasi dan melaporkan potensi pelanggaran melalui saluran resmi Bawaslu demi menjaga proses demokrasi yang bersih dan adil.
penulis : Nazilah Rahmah
editor : Humas Bawaslu Kota Pekanbaru